Perpustakaan
sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dibidang jasa informasi mempunyai peran
yang sangat strategis dalam membangun kecerdasan kehidupan bangsa. Informasi
yang akurat, tepat guna yang disediakan perpustakaan akan sangat membantu para
pemustaka dalam menghadapi persoalan yang dihadapinya.
Perpustakaan yang berkualitas adalah
perpustakaan yang mampu menjawab setiap persoalan informasi yang dibutuhkan
oleh setiap pemustakanya, oleh karena itu kelengkapan koleksi ditunjang dengan
pustakawan yang terampil akan menjadi faktor yang dominan dalam membantu
pemustaka dalam melakukan penelusuran informasi yang lebih tepat. Social Skill
atau keterampilan social pustakawan akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan
pelayanan yang ada di perpustakaan. Dalam menghadapi tuntunan kebutuhan
pemustaka yang semakin tinggi dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu
mempersiapkan pustakawan yang professional, yaitu pustakawan yang memiliki
”skill”, ”knowledge”, kemampuan (ability), serta kedewasaan psikologis
(Ratnaningsih, 1998).
Disamping itu juga Perkembangan
Teknologi Informasi (TI) mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan yang
berbasis TI. Keilmuan perpustakaan pun saat ini dituntut mampu mengikuti
perubahan social pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, perubahan
dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dalam berkompetisi. Pustakawan perlu
menyadari bahwa perlu ditumbuhkan suatu jenis kepustakawanan dengan
paradigma-paradigma baru yang mampu menjawab tantangan media elektronik tanpa
meningkatkan kepustakawanan konvensional yang memang masih dibutuhkan (hybrid
library).
Oleh karena itu seorang pustakawan
diharapkan dalam melakukan aktifitasnya selalu mengedapankan kebutuhan penggunanya,
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, mempunyai kemampuan teknis
perpustakaan yang tinggi, dan mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi yang saat ini berkembang.
Dengan kemampuan tersebut maka
pustakawan diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada pemustakanya.
Palayanan prima yaitu suatu sikap atau cara pustakawan dalam melayani
pemustakanya dengan prinsip layanan bebrbasis pengguna (people based service)
dengan harapan dapat memuskan pemustakanya, meningkatkan loyalitas, dan
meningkatkan jumlah pemustaka yang berkunjung keperpustakaan.
Pustakawan di era globalisasi seperti
saat ini sangat dituntut untuk menggunakan teknologi modern. Sejak dari sistem
pengolahan sumber pustaka, katalogisasi, pembuatan indeks, semuanya dilakukan
pustakawan dengan memanfaatkan teknologi computer. Walaupun semuanya sudah
dapat diolah dengan menggunakan computer, namun perancangannya tetap berada di
tangan pustakawan. Apa yang akan diindekskan, apa yang perlu dijadikan koleksi
unggulan, ataupun hal lain yang ingin dipromosikan, semuanya berada pada
kebijakan pustakawan yang berfungsi juga sebagai pengelola.
Pustakawan memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pemustaka, sehingga pemustaka yang datang dari luar gedung
perpustakaan akan merasa nyaman dalam mencari materi yang diperlukan. Mereka,
karena didampingi oleh pustakawan yang mahir akan bidangnya, dan siap untuk
membantu menunjukkan letak menyimpan informasi dan bagaimana prosedur
penggunaanya. Pustakawan akan mengawal pemustaka, sampai mereka merasa cukup
dalam penelusuran informasi yang diperlukan.
Pustakawan hendaknya bersikap ramah
terhadap pemustaka. Tidak boleh ada lagi pemustakayang dibiarkan duduk di ruang
baca dan harus menunggu cukup lama keluarnya materi yang dipesannya tanpa ada
batasan waktu yang jelas. Kesan yang buruk akan berdampak pada ketidaknyaman
pemustaka, yang ada ujung-ujungnya tidak aka ada lagi pemustaka yang datang ke
perpustakaan di mana ia bekerja. Dampak dari keramahtamahan pustakawan adalah
munculnya citra yang baik terhadap institusi yang melingkupinya.
Mengingat bahwa koleksi perpustakaan
merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya, makabaik pustak awan maupun pemustaka sama-sama
menjaga kelestarian koleksi tersebut dengan memperluakukannya secara hati-hati,
sehingga dampak negative dari pemenfaatan informasi itu tidak akan berakibat
pada menurunnya usia koleksi atau bahkan dapat menghancurkannya. Sebagai contoh
penggunaan lampu kilat, pembuatan foto kopi yang terlampau sering cara mengangkat
dan menaruh koleksi yang kurang hati-hati akan menyebabkan koleksi tersebut
akan menjadi cepat rapuh. Pustakawan harus berani menegur pemustaka yang nakal,
yang memperlakukan koleksi perpustakaan secara tidak benar. Berbagai macam cara
dapat dilakukannya sejauh tidak melanggar sopan santun, privacy dan atau pribadi pemustaka.
Kreatifitas pustakawan menjadi
barometer profesionalisme pustakawan. banyak hal dapat dilakukan oleh
pustakawan yang sangat dibutuhkan oleh banyak pemustaka. Keberanian untuk
menampilkan karya pustakakawan merupakan suatu persoalan tersendiri yang harus
mereka atasi. Sebab apa pun bentuknya, baik buruknya, manis pahitnya karya
pustakawan tersebut masih lebih baik bila diterbitkan dari pada tidak
diterbitkan sama sekali. Misalnya adalah setelah penerbitannya, kritik dan
saran dari orang lain akan dilontarkan, dan hal ini sangat berguna dalam upaya
penyempurnaan karya tersebut, yang akan sangat bermanfaat dalam edisi perbaikan
berikutnya.
Suasana yang nyaman merupakan dambaan
setiap pemustaka. Untuk memperoleh suasana yang nyaman, diperlukan ketenangan,
ruangan yang sejuk dan bersih. Kondisi ini seharusnya selalu tetap diupayakan
terjaga demi kenyamanan pemustaka. Apabila hal ini tercapai, sebagian dari misi
pustakawan sudah tercapai. Misi utama bagi pustakawan adalah mengundang
sebanyak mungkin pemustaka untuk datang dan memanfaatkan koleksi yang
dimilikinya. Kesulitan dan hambatan yang ditemukan oleh pemustaka akan
dijadikan masukan yang sangat berharga demi tercapainya suasana yang sangat
didambakan oleh pemustaka.
Percepatan arus informasi saat ini
berimbas kepada peran kita sebagai penyampai informasi. ditambah dengan
berkembangnya berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi yang amat
dibutuhkan dalam menunjang bidang kerja kita. Oleh karena itu, siap atau tidak
siap para pustakawan harus ikut bermain di era global sekarang ini. Para
penikmat internet atau mereka yang lebih suka berselancar du dunia maya harus
dijadikan mitra kerja kita.
Bahwa pustakawan saat ini bukanlah penjaga
koleksi tapi penyedia informasi, media informasi semakin beragam, koleksi tidak
terbatas pada karya cetak/rekam secara fisik tapi sudah banyak yang dapat
diakses melalui internet, perpustakaan tidak perlu sibuk promosi dengan
menambah pengunjung tapi kita yang berkunjung atau menjumpai pemakai, dan
layanan saat ini harus makin beragam.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI. Media Pustakawan :
Media Komunikasi Antar Pustakawan. Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun, 2011.
3.
Djoko Marihandono. Membangun Pustakawan Profesional
dan Mendiri Mungkinkah. Makalah Disajikan dalam acara Rakerpus Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI). Banjarmasin tanggal 1 – 3 September 2013.
4.
http://pustaka.uns.ac.id/include/inc-print.php?nid=77
17-3-2013
0 komentar:
Posting Komentar