Kamis, 04 Juni 2015

Pustakawan Profesional

Perpustakaan sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dibidang jasa informasi mempunyai peran yang sangat strategis dalam membangun kecerdasan kehidupan bangsa. Informasi yang akurat, tepat guna yang disediakan perpustakaan akan sangat membantu para pemustaka dalam menghadapi persoalan yang dihadapinya.
Perpustakaan yang berkualitas adalah perpustakaan yang mampu menjawab setiap persoalan informasi yang dibutuhkan oleh setiap pemustakanya, oleh karena itu kelengkapan koleksi ditunjang dengan pustakawan yang terampil akan menjadi faktor yang dominan dalam membantu pemustaka dalam melakukan penelusuran informasi yang lebih tepat. Social Skill atau keterampilan social pustakawan akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan yang ada di perpustakaan. Dalam menghadapi tuntunan kebutuhan pemustaka yang semakin tinggi dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu mempersiapkan pustakawan yang professional, yaitu pustakawan yang memiliki ”skill”, ”knowledge”, kemampuan (ability), serta kedewasaan psikologis (Ratnaningsih, 1998).
Disamping itu juga Perkembangan Teknologi Informasi (TI) mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan yang berbasis TI. Keilmuan perpustakaan pun saat ini dituntut mampu mengikuti perubahan social pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dalam berkompetisi. Pustakawan perlu menyadari bahwa perlu ditumbuhkan suatu jenis kepustakawanan dengan paradigma-paradigma baru yang mampu menjawab tantangan media elektronik tanpa meningkatkan kepustakawanan konvensional yang memang masih dibutuhkan (hybrid library).
Oleh karena itu seorang pustakawan diharapkan dalam melakukan aktifitasnya selalu mengedapankan kebutuhan penggunanya, mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, mempunyai kemampuan teknis perpustakaan yang tinggi, dan mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang saat ini berkembang.
Dengan kemampuan tersebut maka pustakawan diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada pemustakanya. Palayanan prima yaitu suatu sikap atau cara pustakawan dalam melayani pemustakanya dengan prinsip layanan bebrbasis pengguna (people based service) dengan harapan dapat memuskan pemustakanya, meningkatkan loyalitas, dan meningkatkan jumlah pemustaka yang berkunjung keperpustakaan.

Pustakawan di era globalisasi seperti saat ini sangat dituntut untuk menggunakan teknologi modern. Sejak dari sistem pengolahan sumber pustaka, katalogisasi, pembuatan indeks, semuanya dilakukan pustakawan dengan memanfaatkan teknologi computer. Walaupun semuanya sudah dapat diolah dengan menggunakan computer, namun perancangannya tetap berada di tangan pustakawan. Apa yang akan diindekskan, apa yang perlu dijadikan koleksi unggulan, ataupun hal lain yang ingin dipromosikan, semuanya berada pada kebijakan pustakawan yang berfungsi juga sebagai pengelola.

Pustakawan memberikan pelayanan yang maksimal kepada pemustaka, sehingga pemustaka yang datang dari luar gedung perpustakaan akan merasa nyaman dalam mencari materi yang diperlukan. Mereka, karena didampingi oleh pustakawan yang mahir akan bidangnya, dan siap untuk membantu menunjukkan letak menyimpan informasi dan bagaimana prosedur penggunaanya. Pustakawan akan mengawal pemustaka, sampai mereka merasa cukup dalam penelusuran informasi yang diperlukan.

Pustakawan hendaknya bersikap ramah terhadap pemustaka. Tidak boleh ada lagi pemustakayang dibiarkan duduk di ruang baca dan harus menunggu cukup lama keluarnya materi yang dipesannya tanpa ada batasan waktu yang jelas. Kesan yang buruk akan berdampak pada ketidaknyaman pemustaka, yang ada ujung-ujungnya tidak aka ada lagi pemustaka yang datang ke perpustakaan di mana ia bekerja. Dampak dari keramahtamahan pustakawan adalah munculnya citra yang baik terhadap institusi yang melingkupinya.
Mengingat bahwa koleksi perpustakaan merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya, makabaik pustak awan maupun pemustaka sama-sama menjaga kelestarian koleksi tersebut dengan memperluakukannya secara hati-hati, sehingga dampak negative dari pemenfaatan informasi itu tidak akan berakibat pada menurunnya usia koleksi atau bahkan dapat menghancurkannya. Sebagai contoh penggunaan lampu kilat, pembuatan foto kopi yang terlampau sering cara mengangkat dan menaruh koleksi yang kurang hati-hati akan menyebabkan koleksi tersebut akan menjadi cepat rapuh. Pustakawan harus berani menegur pemustaka yang nakal, yang memperlakukan koleksi perpustakaan secara tidak benar. Berbagai macam cara dapat dilakukannya sejauh tidak melanggar sopan santun, privacy dan atau pribadi pemustaka.

Kreatifitas pustakawan menjadi barometer profesionalisme pustakawan. banyak hal dapat dilakukan oleh pustakawan yang sangat dibutuhkan oleh banyak pemustaka. Keberanian untuk menampilkan karya pustakakawan merupakan suatu persoalan tersendiri yang harus mereka atasi. Sebab apa pun bentuknya, baik buruknya, manis pahitnya karya pustakawan tersebut masih lebih baik bila diterbitkan dari pada tidak diterbitkan sama sekali. Misalnya adalah setelah penerbitannya, kritik dan saran dari orang lain akan dilontarkan, dan hal ini sangat berguna dalam upaya penyempurnaan karya tersebut, yang akan sangat bermanfaat dalam edisi perbaikan berikutnya.
Suasana yang nyaman merupakan dambaan setiap pemustaka. Untuk memperoleh suasana yang nyaman, diperlukan ketenangan, ruangan yang sejuk dan bersih. Kondisi ini seharusnya selalu tetap diupayakan terjaga demi kenyamanan pemustaka. Apabila hal ini tercapai, sebagian dari misi pustakawan sudah tercapai. Misi utama bagi pustakawan adalah mengundang sebanyak mungkin pemustaka untuk datang dan memanfaatkan koleksi yang dimilikinya. Kesulitan dan hambatan yang ditemukan oleh pemustaka akan dijadikan masukan yang sangat berharga demi tercapainya suasana yang sangat didambakan oleh pemustaka.
Percepatan arus informasi saat ini berimbas kepada peran kita sebagai penyampai informasi. ditambah dengan berkembangnya berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi yang amat dibutuhkan dalam menunjang bidang kerja kita. Oleh karena itu, siap atau tidak siap para pustakawan harus ikut bermain di era global sekarang ini. Para penikmat internet atau mereka yang lebih suka berselancar du dunia maya harus dijadikan mitra kerja kita.
Bahwa pustakawan saat ini bukanlah penjaga koleksi tapi penyedia informasi, media informasi semakin beragam, koleksi tidak terbatas pada karya cetak/rekam secara fisik tapi sudah banyak yang dapat diakses melalui internet, perpustakaan tidak perlu sibuk promosi dengan menambah pengunjung tapi kita yang berkunjung atau menjumpai pemakai, dan layanan saat ini harus makin beragam.


DAFTAR PUSTAKA

2.      Jakarta : Perpustakaan Nasional RI. Media Pustakawan : Media Komunikasi Antar Pustakawan. Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun, 2011.
3.      Djoko Marihandono. Membangun Pustakawan Profesional dan Mendiri Mungkinkah. Makalah Disajikan dalam acara Rakerpus Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). Banjarmasin tanggal 1 – 3 September 2013.

4.      http://pustaka.uns.ac.id/include/inc-print.php?nid=77 17-3-2013

0 komentar:

Posting Komentar