This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Selasa, 13 Desember 2016
Kamis, 04 Juni 2015
Pustakawan dan Media Massa
06.40
No comments
Penguasaan
dan pemanfaatan TIK memang tidak akan menyelesaikan seluruh persoalan yang ada
pada masyarakat. Namun, mengabaikannya sama dengan mengabaikan aspek penting
bangunan peradaban. Hal ini karena bangunan peradaban memang setidaknya terdiri
dari dua aspek yaitu fisik dan non-fisik.
Information Literacy adalah kemampuan dalam
mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dalam beraneka ragam format
seperti buku, koran, video, CD,-ROM atau Web. Sementara Digital Literacy adalah
kemampuan untuk mengerti dan menggunakan informasi dari berbagai sumber yang
dipresentasikan melalui peralatan berbasis digital. Central European University
menggambarkannya sebagai sebuah kemampuan dalam mengerti bagaimana informasi
dibuat dan dikomunikasikan dalam beraneka ragam format melalui sebuah kerangka
proses pengumpulan, pengorganisasian, pemilahan, penggambaran, dan penggunaan informasi
dengan menggunakan berbagai perlatan teknologi digital. Internet Literacy atau
kerap diringkas menjadi i-literacy didefinisikan sebagai kemampuan dalam
menggunakan pengetahuan teori dan praktek terkait dengan internet sebagai
medium komunikasi dan pengelolaan informasi .
ICT Literacy adalah kombinasi antara kemampuan
intelektual, konsep mendasar dan keahlian terkini yang mengharuskan seseorang
untuk memilii kemampuan dalammenggunakan teknologi informasi dan komunikasi
secara efektif.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada
beberapa faktor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu: Infrastruktur,
Sumber Daya Manusia, Kebijakan, Finansial, Konten dan Aplikasi. Agar teknologi
informasi dapat berkembang dengan pesat, pertama dibutuhkan infrastruktur yang
memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi. Kedua,
faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi.
Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro
yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat,
faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga
keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi. Kelima, faktor
konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat,
dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten
tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
Ada beberapa unsur yang menjadikan tekhnologi
komunikasi dan informasi patut dipertimbangkan pemanfaatannya yaitu :
1) kapabilitas yang
dimiliki oleh teknologi
2) penggunaan teknologi
adalah cara yang paling cepat untuk melakukan konstruksi, sistematisasi, dan
integrasi dari sebuah disparitas antar subsistem
3) ICT memungkinkan
penggabungan kekuatan human ware, software, dan hardware sehingga rekayasa bagi
terciptanya suatu sistem yang terbaik dapat disimulasikan, diprediksi, dan
dikendalikan
4) bila tidak ada
kebijakan atau intervensi tertentu, hasil dari output teknologi umumnya
bersifat transparan dan memberikan akses setara bagi seluruh pengguna
5) pemanfaatan teknologi
berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi yang memiliki keterkaitan langsung
dengan produktivitas
6) bila ditunjang dengan
infrastruktur dan ICT literacy yang mapan, pemanfaatan ICT bersifat borderless
sehingga arus informasi lebih cepat mengalir dbandingkan dengan pendekatan
konvensional
7) transaksi dengan
memanfaatkan ICT dapat secara implisit menekan interaksi-interaksi yang
memungkinkan terjadinya korupsi atau suap; ICT memberikan sebuah ruang
impersonal dan standar yang dapat mereduksi distorsi kepentingan dalam sebuah
sistem layanan publik dan relatif tidak rentan terhadap perubahan dan
regenerasi personalia yang secara langsung akan berpengaruh pada akuntabilitas
sistem tersebut.
Perpustakaan masa depan diharapkan bukan saja
dapat mengubah dirinya dari yang bersifat tradisional menjadi modern, yang
kecil menjadi besar, atau yang sepi pengunjung menjadi ramai. Tetapi lebih dari
pada itu, yaitu perpustakaan yang mampu menjadikan organisasinya menyediakan
dan melayankan berbagai sumber informasi secara tepat guna dan tepat sasaran,
menciptkan kondisi masyarakat menyadari, memahami dan mewujudkan suatu
kehidupan yang terdidik baik dan terinformasi baik (well educated and well
informed), sehingga mereka mampu melakukan perubahan, baik pada dirinya maupun
orang lain dalam pola pikir (mind set), berbicara, berperilaku, atau bertidak,
karena telah didasari oleh wawasan, kemampuan, pengalaman, dan ketrampilan (Supriyanto,
2006 : 266).
Hadirnya perkembangan dan kemajuan di bidang
teknologi informasi dan komunikasi, harus bisa dipahami dan dimanfaatkan secara
positif, kreatif dan konstruktif oleh para pustakawan. Siregar (2004 : 37),
berhadapan dengan fenomena perubahan yang terjadi, pustakawan harus memiliki
kemampuan melihat dengan jelas apa yang sesungguhnya berubah dan apa yang tetap
sama. Nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan kelihatannya akan tetap
sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan
operasi akan mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk
mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya
informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami
perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup
memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang
jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.
Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) tidak akan mengganggu berbagai kegiatan dan operasi di perpustakaan, baik
dari segi manajemen koleksi, maupun kunjungan pengguna. Siregar (2004 : 1),
selama bertahun-tahun pustakawan telah mengembangkan pengetahuan dan metodologi
dalam manajemen koleksi, yang sebenarnya tidak terbuang dengan sia-sia ketika
berurusan dengan kombinasi informasi tercetak dan digital. Walaupun mahasiswa
dan dosen sedang bertransformasi ke dunia digital dengan akses yang cepat
dengan sumber-sumber pengetahuan dari komputer pribadi mereka, tetapi mereka
masih tetap mengunjungi perpustakaan. Mengapa? Karena perpustakaan selalu
berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan komunikasi personal dengan
pustakawan masih merupakan cara terbaik.
Pengorganisasian (pengolahan) koleksi adalah semua kegiatan untuk mengelola/mengolah bahan pustaka yang telah ada, yang
meliputi kegiatan verifikasi data bibliografis, katalogisasi, klasifikasi,
penentuan kata kunci, penentuan tajuk subyek, pengalihan data bibliografis,
mengelola data entri bibliografis (penjajaran kartu/filing), membuat anotasi,
sari karangan/abstrak, menyusun daftar tambahan koleksi, bibliografi, indeks
dan sejenisnya, serta melakukan penyuntingan bibliografis. Selain itu, kegiatan
pengolahan juga meliputi inventarisasi, pemberian stempel dan dan pemberian
kelengkapan lainnya melalui proses finishing. Kegiatan pengorganisasian
(pengolahan) koleksi yang memanfaatkan TIK, misalnya dapat diakomodasi pada
Modul Pengolahan, yang merupakan bagian dari Sistem Otomasi Perpustakaan Terpadu
(Integrated Library System) yang dibangun untuk menyatukan semua fungsi
(pengadaan, pengolahan dan pelayanan), dimana semua modul dapat saling
berinteraksi satu sama lain. Sebagai bagian dari suatu sistem otomasi, modul
pengolahan dapat dikatakan sebagai dapur atau kokinya yang memberikan isi
(content) perpustakaan.
Berfungsinya dengan baik kegiatan pengolahan
yang merupakan pelayanan teknis sebagai dapur perpustakaan, pada akhirnya akan
menyajikan pelayanan pengguna yang berkualitas baik. Kelancaran sirkulasi bahan
pustaka dan kemudahan mendapatkan informasi yang diinginkan, banyak tergantung
pada kegiatan pengadaan bahan pustaka dan kegiatan pengolahan di bagian teknis
ini.
Apakah otomasi perpustakaan? Otomasi
perpustakaan adalah komputerisasi kegiatan rutin dan operasi sistem
kerumahtanggaan perpustakaan (library housekeeping) yang mencakup pengadaan,
pengatalogan, termasuk penyedian katalog on-line (OPAC), pengawasan sirkulasi
dan serial. Dengan kata lain, perpustakaan terotomasi adalah suatu perpustakaan
yang menggunakan sistem terotomasi untuk penanganan sebagian atau seluruh
kegiatan rutinnya. Pada modul pengolahan dilakukan kegiatan-kegiatan :
input terhadap koleksi yang baru diperoleh,
baik melalui pembelian, tukar menukar, produksi internal, maupun hadiah atau
hibah.
penambahan eksemplar atas judul-judul yang
pernah ada.
penyuntingan atau koreksi-koreksi yang
diperlukan terhadap sebuah rekor atau cantuman.
penghapusan atas rekor atau cantuman yang
tidak diperlukan lagi, seperti karena buku telah hilang, rusak, di-weeding,
atau oleh sebab lainnya.
ustakawan bisa melakukan publikasi elektronik,
yaitu kegiatan untuk memublikasikan berbagai informasi tentang dan oleh
perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki dan memelihara sendiri suatu
situs WEB. Penerbitan Web bertujuan untuk
mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya.
Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan publikasi berbagai selebaran, brosur,
pamflet, panduan perpustakaan, daftar tambahan pustaka, katalog dalam berbagai
jenis, dan kegiatan publikasi lainnya. Akan tetapi, publikasi yang lebih banyak
manfaatnya bagi para pengguna adalah yang menyangkut konten utama perpustakaan,
termasuk juga koleksi-koleksi dari terbitan internal yang tergolong gray literature
sebagaimana dijelaskan di atas, yang terhadapnhya juga perlu dilakukan proses
digitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bidin, sharipah
Hanon, 2006. Identifying core competencies for KM at OUM:
The Library
prespective. EG2KM Conference
Brainin, joseph j. 2007. Core competencies for subject librarians in the 21 century
Brainin, joseph j. 2007. Core competencies for subject librarians in the 21 century
research library. China: Capital
Normal University Library
Fahmi, Ismail 2002. Toolkit membangun perustakaan berbasis teknologiinformasi.
Fahmi, Ismail 2002. Toolkit membangun perustakaan berbasis teknologiinformasi.
Jakarta: Library Expo 2002.
Pustakawan Profesional
06.38
No comments
Perpustakaan
sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dibidang jasa informasi mempunyai peran
yang sangat strategis dalam membangun kecerdasan kehidupan bangsa. Informasi
yang akurat, tepat guna yang disediakan perpustakaan akan sangat membantu para
pemustaka dalam menghadapi persoalan yang dihadapinya.
Perpustakaan yang berkualitas adalah
perpustakaan yang mampu menjawab setiap persoalan informasi yang dibutuhkan
oleh setiap pemustakanya, oleh karena itu kelengkapan koleksi ditunjang dengan
pustakawan yang terampil akan menjadi faktor yang dominan dalam membantu
pemustaka dalam melakukan penelusuran informasi yang lebih tepat. Social Skill
atau keterampilan social pustakawan akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan
pelayanan yang ada di perpustakaan. Dalam menghadapi tuntunan kebutuhan
pemustaka yang semakin tinggi dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu
mempersiapkan pustakawan yang professional, yaitu pustakawan yang memiliki
”skill”, ”knowledge”, kemampuan (ability), serta kedewasaan psikologis
(Ratnaningsih, 1998).
Disamping itu juga Perkembangan
Teknologi Informasi (TI) mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan yang
berbasis TI. Keilmuan perpustakaan pun saat ini dituntut mampu mengikuti
perubahan social pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, perubahan
dalam berinteraksi dengan orang lain, dan dalam berkompetisi. Pustakawan perlu
menyadari bahwa perlu ditumbuhkan suatu jenis kepustakawanan dengan
paradigma-paradigma baru yang mampu menjawab tantangan media elektronik tanpa
meningkatkan kepustakawanan konvensional yang memang masih dibutuhkan (hybrid
library).
Oleh karena itu seorang pustakawan
diharapkan dalam melakukan aktifitasnya selalu mengedapankan kebutuhan penggunanya,
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, mempunyai kemampuan teknis
perpustakaan yang tinggi, dan mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi yang saat ini berkembang.
Dengan kemampuan tersebut maka
pustakawan diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada pemustakanya.
Palayanan prima yaitu suatu sikap atau cara pustakawan dalam melayani
pemustakanya dengan prinsip layanan bebrbasis pengguna (people based service)
dengan harapan dapat memuskan pemustakanya, meningkatkan loyalitas, dan
meningkatkan jumlah pemustaka yang berkunjung keperpustakaan.
Pustakawan di era globalisasi seperti
saat ini sangat dituntut untuk menggunakan teknologi modern. Sejak dari sistem
pengolahan sumber pustaka, katalogisasi, pembuatan indeks, semuanya dilakukan
pustakawan dengan memanfaatkan teknologi computer. Walaupun semuanya sudah
dapat diolah dengan menggunakan computer, namun perancangannya tetap berada di
tangan pustakawan. Apa yang akan diindekskan, apa yang perlu dijadikan koleksi
unggulan, ataupun hal lain yang ingin dipromosikan, semuanya berada pada
kebijakan pustakawan yang berfungsi juga sebagai pengelola.
Pustakawan memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pemustaka, sehingga pemustaka yang datang dari luar gedung
perpustakaan akan merasa nyaman dalam mencari materi yang diperlukan. Mereka,
karena didampingi oleh pustakawan yang mahir akan bidangnya, dan siap untuk
membantu menunjukkan letak menyimpan informasi dan bagaimana prosedur
penggunaanya. Pustakawan akan mengawal pemustaka, sampai mereka merasa cukup
dalam penelusuran informasi yang diperlukan.
Pustakawan hendaknya bersikap ramah
terhadap pemustaka. Tidak boleh ada lagi pemustakayang dibiarkan duduk di ruang
baca dan harus menunggu cukup lama keluarnya materi yang dipesannya tanpa ada
batasan waktu yang jelas. Kesan yang buruk akan berdampak pada ketidaknyaman
pemustaka, yang ada ujung-ujungnya tidak aka ada lagi pemustaka yang datang ke
perpustakaan di mana ia bekerja. Dampak dari keramahtamahan pustakawan adalah
munculnya citra yang baik terhadap institusi yang melingkupinya.
Mengingat bahwa koleksi perpustakaan
merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya, makabaik pustak awan maupun pemustaka sama-sama
menjaga kelestarian koleksi tersebut dengan memperluakukannya secara hati-hati,
sehingga dampak negative dari pemenfaatan informasi itu tidak akan berakibat
pada menurunnya usia koleksi atau bahkan dapat menghancurkannya. Sebagai contoh
penggunaan lampu kilat, pembuatan foto kopi yang terlampau sering cara mengangkat
dan menaruh koleksi yang kurang hati-hati akan menyebabkan koleksi tersebut
akan menjadi cepat rapuh. Pustakawan harus berani menegur pemustaka yang nakal,
yang memperlakukan koleksi perpustakaan secara tidak benar. Berbagai macam cara
dapat dilakukannya sejauh tidak melanggar sopan santun, privacy dan atau pribadi pemustaka.
Kreatifitas pustakawan menjadi
barometer profesionalisme pustakawan. banyak hal dapat dilakukan oleh
pustakawan yang sangat dibutuhkan oleh banyak pemustaka. Keberanian untuk
menampilkan karya pustakakawan merupakan suatu persoalan tersendiri yang harus
mereka atasi. Sebab apa pun bentuknya, baik buruknya, manis pahitnya karya
pustakawan tersebut masih lebih baik bila diterbitkan dari pada tidak
diterbitkan sama sekali. Misalnya adalah setelah penerbitannya, kritik dan
saran dari orang lain akan dilontarkan, dan hal ini sangat berguna dalam upaya
penyempurnaan karya tersebut, yang akan sangat bermanfaat dalam edisi perbaikan
berikutnya.
Suasana yang nyaman merupakan dambaan
setiap pemustaka. Untuk memperoleh suasana yang nyaman, diperlukan ketenangan,
ruangan yang sejuk dan bersih. Kondisi ini seharusnya selalu tetap diupayakan
terjaga demi kenyamanan pemustaka. Apabila hal ini tercapai, sebagian dari misi
pustakawan sudah tercapai. Misi utama bagi pustakawan adalah mengundang
sebanyak mungkin pemustaka untuk datang dan memanfaatkan koleksi yang
dimilikinya. Kesulitan dan hambatan yang ditemukan oleh pemustaka akan
dijadikan masukan yang sangat berharga demi tercapainya suasana yang sangat
didambakan oleh pemustaka.
Percepatan arus informasi saat ini
berimbas kepada peran kita sebagai penyampai informasi. ditambah dengan
berkembangnya berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi yang amat
dibutuhkan dalam menunjang bidang kerja kita. Oleh karena itu, siap atau tidak
siap para pustakawan harus ikut bermain di era global sekarang ini. Para
penikmat internet atau mereka yang lebih suka berselancar du dunia maya harus
dijadikan mitra kerja kita.
Bahwa pustakawan saat ini bukanlah penjaga
koleksi tapi penyedia informasi, media informasi semakin beragam, koleksi tidak
terbatas pada karya cetak/rekam secara fisik tapi sudah banyak yang dapat
diakses melalui internet, perpustakaan tidak perlu sibuk promosi dengan
menambah pengunjung tapi kita yang berkunjung atau menjumpai pemakai, dan
layanan saat ini harus makin beragam.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI. Media Pustakawan :
Media Komunikasi Antar Pustakawan. Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun, 2011.
3.
Djoko Marihandono. Membangun Pustakawan Profesional
dan Mendiri Mungkinkah. Makalah Disajikan dalam acara Rakerpus Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI). Banjarmasin tanggal 1 – 3 September 2013.
4.
http://pustaka.uns.ac.id/include/inc-print.php?nid=77
17-3-2013
Sabtu, 30 Mei 2015
Video tutorial membuat label pada postingan
09.15
No comments
ini adalah video tutorial bagaimana cara membuat label pada postingan, semoga anda bisa mendapatkan manfaat ketika manyaksikan video ini
sejarah
Perpustakaan Menjalin merupakan unit penunjang yang mempunyai tugas pokok mendukung proses
pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di awal
berdirinya pada tanggal 13 april 2015
Perpustakaan Menjalin menempati gedung di Jl.Raya Menjalin dan saat kabupayen landak. Adapun visi
misi perpustakaan menjalin adalah sbb:
Visi &
Misi
Visi Perpustakaan menjalin adalah
menjadi pusat layanan informasi global berbasis teknologi informasi yang
mengedepankan pembelajaran berbasis riset. Sedangkan misi Perpustakaan menjalin adalah:
·
Menjadi
pusat referensi informasi ilmiah bagi seluruh kalangan masyarakat umum
·
Menjadi unit
penunjang dalam pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
·
Memberikan
fasilitas pembelajaran sepanjang hayat dan menjadi rumah kedua bagi segenap kalangan masyarakat
Layanan
& Akses Sumber Daya Informasi
Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, Perpustakaan memberikan berbagai
jenis layanan seperti:
·
Layanan
Sirkulasi (Peminjaman dan Pengembalian Koleksi)
·
Layanan
Referensi
·
Layanan
Terbitan Berkala
·
Layanan
Tugas Akhir, Skripsi, Thesis dan Disertasi
·
Layanan
Koleksi Karya Ilmiah
·
Layanan
Koleksi Langka/Hatta
·
Layanan Windows
of the World
·
Layanan
Keanggotaan
Dalam upaya
mendukung perpustakaan bertaraf
internasional Perpustakaan menyediakan berbagai jenis koleksi baik tercetak
maupun digital.
Kamis, 28 Mei 2015
koleksi tesis dan disertasi
Koleksi Tesis & Disertasi
Layanan ini merupakan layanan yang menyediakan koleksi tesis dan disertasi . Pada layanan ini disediakan koleksi tesis dan disertasi dari seluruh kalangan. Saat ini tersedia koleksi baik dalam bentuk tercetak maupun digital. Pengguna dapat menggunakan komputer yang tersedia di perpustakaan untuk mengakses naskah lengkap dari koleksi tesis dan disertasi, sedangkan abstraknya dapat diakses melalui Katalog Tesis dan Disertasi
Sejak tahun 2013 . Namun untuk dua koleksi ini hanya tersedia dalam bentuk digital atau tidak menyediakan koleksi cetak. Koleksi digital ini hanya dapat diakses melalui komputer yang tersedia di perpustakaan.
Ruang Baca Tesis
Rabu, 13 Mei 2015
sistem dan sarana temu kembali informasi
Sistem
temu kembali Informasi (information retrieval sistem) adalah suatu sistem
penyimpanan, pencarian , dan pemeliharaan informasi . Informasi dalam konteks
ini dapat terdiri dari teks termasuk angka dan data tanggal ) , gambar ,
audio, video dan benda multi- media lainnya .
Tujuan sistem
temu kembali informasi adalah
Tujuan umum dari Information Retrieval Sistem adalah untuk meminimalkan pengeluaran pengguna menemukan informasi yang dibutuhkan.
Pendekatan Temu Kembali
2 pendekatan
temu kembali, yaitu perspektif manusia dan mesin
a. Perspketif
manusia
1) know-item
searching adalah dilakukan oleh pengguna ketika mereka mencari dengan
mengetahui bahan, seperti pengarang atau judul
2) subject
searching adalah dilakukan oleh pengguna
yang tidak mengetahui bahan secara khusus dalam pikiran, meraka dapat
menelusuri dengan pendekatan subyek
b. Perspektif
mesin
1) Citation indexing,
menggunakan rujukan dimuncul pada akhir dokumen, khususnya tulisan penelitian.
2) Hypertext links;
dikenal dengan WWW (world wide web)
mengidentifikasi kata atau prase dengan diklik maka terhubung dengan dokumen
yang sesuai atau dokumen yang sama pada bagian lainya.
3) Information filtering;
teknik pemisahan (sorting) data yang
besar untuk memberikan pencarian dalam susunan untuk mengeluarkan yang kurang
sesuai.
4) Image dan sound processing;
masa pengembangan, banyak penelitian
menempatkan dalam teknik temu kembali gambar, video, dan suara secara langsung
tetapi sistem kerjanya banyak menggunakan kata-kata.
Sarana temu
balik koleksi perpustakaan
Pengindeksan
menghasilkan dua sarana temu balik dokumen yang disimpan di perpustakaan:
1.
Susunan dokumen di rak
2.
Sistem katalog
SUSUNAN
DOKUMEN
Susunan dokumen
di rak dapat berfungsi sebagai sarana temu kembali apabila dokumen disusun
berdasarkan suatu ciri yag signifikan, misalnya isi (untuk dokumen non fiksi)
atau pengarang (untuk dokumen fiksi)
Ada dua sistem
penempatan atau susunan di rak:
1.
Penempatan tetap (fixed location / fixed order)
a. Dokumen
disusun menurut penerimaan, ukuran atau ciri non signifikan lain
b. Dokumen
mempunyai tempat tetap
c. Susunan
dokumen tidak membantu sebagai sarana temu balik informasi
2.
Penempatan relatif (relative location / relative order)
a. Dokumen
disusun berdasarkan isinya (subyek) à menurut nomor
kelas
b. Dokumen
dapat berpindah tempat jika ada dokumen baru
c. Baik
untuk ‘browsing’
d. Merupakan
sarana temu balik yang berguna (meskipun tidak sebaik katalog)
Kegunaan susunan
dokumen sebagai sarana temu balik dokumen juga dipengaruhi oleh sistem
pelayanan yang diterapkan di perpustakaan.
1.
Pelayanan atau susunan terbuka (open access)
2.
Pelayanan atau susunan tertutup (closed access)
Pelayanan
atau susunan terbuka (open access)
Pemakai dapat
memilih / mengambil sendiri dokumen yang dikehendaki sebab rak buku ditempatkan
di ruangan yang terbuka untuk umum (pemakai)
Pelayanan
atau susunan tertutup (closed access)
Pemakai tidak
dapat mengambil sendiri, tetapi harus minta bantuan petugas. Dokumen ditempatkan
di rak dalam ruangan tertutup untuk umum (pemakai). Dalam sistem pelayanan
seperti ini dokumen tidak dapat berfungsi sebagai sarana temu balik bagi
pemakai.
Kelebihan
susunan dokumen sebagai sarana temu kembali:
1.
Langsung
2.
Memungkinkan browsing.
Kekurangan
susunan dokumen sebagai sarana temu kembali:
1.
Pendekatan tunggal
2.
Susunan terputus (broken order)
3.
Dokumen mungkin tidak berada ditempatnya
karena sedang dipinjam, dijilid kembali, dan lainnya.
KATALOG
PERPUSTAKAAN
Fungsi katalog
dirumuskan oleh Charles A. Cutter dalam Rules
for a Dictionary Catalog (1876) sebagai berikut:
1.
Memungkinkan orang menemukan dokumen
yang diketahui
a. Pengarangnya;
b. Judulnya,
atau;
c. subyeknnya
2.
Menunjukkan karya apa yang dimiliki
perpustakaan
a. Oleh
pengarang tertentu;
b. Mengenai
subyek tertentu (dan yang berkaitan)
c. Dalam
jenis (atau bentuk) tertentu
3.
Membantu dalam pemilihan dokumen
berkenaan dengan
a. Edisinya;
b. Sifatnya
(karya sastra atau bukan)
Katalog
perpustakaan dapat mengatasi keterbatasan susunan dokumen dengan memberikan
pendekatan ganda (multiple approach),
yaitu dengan memungkinkan pencarian lewat:
1.
Pengarang
2.
Judul
3.
Subyek
Proses
pengindeksan menghasilkan suatu cantuman bibliografi (bibliographic record) untuk tiap dokumen yang dimasukan dalam
koleksi perpustakaan.
Cantuman
bibliografi terdiri atas sekelelompok data bibliografi yang mengidentifikasi
dokumen dan sebab itu, dapat menjadi wakil ringkas dokumen.
Data dari
cantuman ini disajikan dalam katalog berupa entri katalog. Entri katalog dapat
diperbanyak dan ditempatkan di berbagai tempat di katalog, sehingga suatu
dokumen dapat dicati dan ditemukan lewat berbagai pendekatan, misalnya lewat
pengarang, lewat judul, lewat subyek.
Tiap entri
terdiri atas :
1.
Deskripsi bibliografi berisi ciri-ciri
fisik dokumen:
a. Judul
b. Keterangan
edisi
c. Keterangan
khusus, jika ada (misalnya skala peta, penomoran majalah, dan lainya)
d. Tempat
terbit, penerbit, tahun terbit
e. Jumlah
jilid / halaman, keterangan ilustrasi,
ukuran, lampiran
f. Keterangan
seri
g. Catatan,
berupa data yang dianggap penting
h. ISBN
2.
Tajuk atau heading
a. Nama,
judul, istilah (tajuk subyek) yang ditempatkan di atas deskripsi sebagai unsure
yang menentukan tempat (urutan) entri dalam katalog. Tajuk juga menjadi titik
temu (access point) yang memungkinkan entri ditemukan kembali (di retrieve)
pada tahap penelusuran.
3.
Nomor panggil atau call number
a. Biasanya
terdiri atas nomor kelas + 3 huruf pertama nama pengarang + huruf pertama judul
(dari kata pertama yang bukan kata sandang) untuk perpustakaan yang memakai sistem
penempatan relative.
Contoh
entri katalog:
635.977 45
NAZ Nazaruddin
P Palem hias:
ragam jenis, budi daya, peluang bisnis, dan analisis usaha / Nazaruddin,
Syah Angkasa. – Jakarta : Penebar Swadaya, 1997.
Viii,
132 p. ; ilus. ; 23 cm.
Bibliografi
ISBN
979-497-405-2
1.
PALEM – BUDI DAYA I. Judul II. Angkasa, Syah
|
Contoh ini
memperlihatkan format entri dari katalog berbentuk kartu. Jika katalog
formatnya berbeda, misalnya katalog yang sudah computerized, yaitu dibuat dan disajikan dengan bantuan computer,
maka penampilannya akan benda, namu data yang diberikan tetap sama.
Untuk
tiap dokumen ada satu enteri yang disebut entri utama. Entri utama biasanya
entri pengarang, yaitu entri yang tajuknya nama pengarang, tetapi kadang-kadang
entri utama adalah entri judul. Entri utama dilakukan berdasarkan peraturan
pengatalogan standard misalnya berdasarkan AACR2 atau Anglo-American Cataloging Rules 2nd ed.
Entri
utama kemudian diperbanyak sesuai dengan pendekatan lain yang dibutuhkan untuk
dokumen yang bersangkutan. Jumlah dan jenis entri tambahan (kecuali untuk entri
tambahan subyek) juga harus dilakukan berdasarkan peraturan pengatalogan
standard (AACR2).
Entri
tambahan untuk subyek dibuat berdasarkan daftar tajuk subyek dan atau bagan
klasifikasi.
Contoh
satu set entri lengkap untuk buku Palem Hias sebagai berikut:
ß Entri utama = entri pengarang
|
Entri
utama:
ß Jajakan
|
635.977 45
NAZ Nazaruddin
P Palem hias:
ragam jenis, budi daya, peluang bisnis, dan analisis usaha / Nazaruddin,
Syah Angkasa. – Jakarta : Penebar Swadaya, 1997.
Viii,
132 p. ; ilus. ; 23 cm.
Bibliografi
ISBN
979-497-405-2
1.
PALEM – BUDI DAYA I. Judul II. Angkasa, Syah
|
Entri
tambahan untuk pendektan lewat judul
Palem hias: ragam jenis, budi daya, peluang bisnis dan analisis
usaha
635.977 45
NAZ Nazaruddin
P Palem
hias: ragam jenis, budi daya, peluang bisnis dan analisis usaha /
Nazaruddin, Syah Angkasa. – Jakarta : Penebar Swadaya, 1997.
Viii,
132 p. ; ilus. ; 23 cm.
Bibliografi
ISBN
979-497-405-2
|
Langganan:
Postingan (Atom)